Sabtu, 27 September 2014

STORY OF SENIOR HIGH SCHOOL




Tahun 2011 ijazah SMP betuliskan nama ‘Tania Harnum Rachmawati’ dengan kata ‘LULUS’ dibawahnya menjadi akhir penantian panjang 3 tahun menempuh pendidikan tingkat menengah pertama.Sudahkan perjuangan menuntut ilmu selesai sampai disini? jawabnya TIDAK. Pedidikan menengah atas jadi jalan selanjutnya,ya tentu perjuangan lebih berat ada di depan mata.
 

SMA Negeri 1 Kuningan menjadi  pilihan. Kelas X dimulai,dimana masa transisi terjadi disini. Sifat kekanakan semasa sekolah pertama diharapkan mulai lebur seiring waktu berjalan. 18 mata pelajaran tiap minggunya,berganti mananti untuk dipelajari. Di kelas  X ini terasa ‘masa transisi’ terjadi,dari pendidikan pertama yang seakan kita masih disuapi ibu/bapak guru kita,kini mulai tersisih sedik demi sedikit dengan istilah ‘belajar mandiri’ yang pada awalnya sangat memberatkan kepala.

Jurusan IPA dipilih  di kelas XI ini. Kenapa IPA?faktor lingkungan pergaulan teman juga menjadi alasan. Opini ber itu berkembang saat itu bahwa anak IPA dikatan lebih ‘rajin’ dibanding anak IPS,* opini publik yang sudah berkembang pada masyarakat pada umumnya* dan saya pikir saya bisa mengembangkan kemampuan saya di jurusan IPA ini. Bukan tanpa kesulitan saya memilih jurusan IPA ini. Setiap minggunya saya dan rekan2 pejuang IPA lainnya bergelut dengan Fisika,Kimia,Biologi dan Matematika yang lebih sulit dari matematika jurusan IPS

Kelas XII berlanjut tetap ditemani ‘buku-buku berlatar IPA’ menumpuk  di meja. Kelas XII bisa jadi ‘masa-masa penantian’ dimana banyak sekali moment penting yang harus dilewati di tahun ini. Fokus benar-benar terpecah di tahun ini. UN serta seleksi-seleksi Perguruan Tinggi menunggu untuk dijalani. Bimbel pun dijalani dengan harapan dapat membantu masa-masa sulit saya tahun ini. Bimbingan belajar Neutron jadi pilihan,dengan alasan teman dan pertimbangan lainnya. Berangkat pagi pulang sore sudah menjadi hal biasa. Terkadang orang tua kita yang lebih khawatir dengan kondisi fisik kita namun kita menganggapnya biasa saja. 

Lelah,cape,ngeluh,sakit jadi teman kala itu. Semester 5 terasa amat berat. Di sat sisi kita harus tetap fokus untuk nilai raport namun di sisi lain kiata pun harus bersiap dengan UAS,US,UN dan seleksi perguruan tinggi lainnya. Nilai raport semester 5 ini menjadi perbaikan grafik nilai terakhir yang biasa berpengaruh pada SNMPTN. Nilai raport pun akhirnya keluar,alhamdulah nilai yang ada tidak jauh dari harapan. Dalam hati ‘ini akhir perbaikan nilai,rasa menyesal kenapa 4 semester kebelakang tak dilakukan secara maksimal,perjuangan SNMPTN berakhir sampai disini’.

6 bulan terasa singkat,tiba-tiba UN didepan mata. Pemantapan di sekolah maupun bimbel dijadwalkan sangat padat dan melelahkan. Berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore menjadi resiko. Belum lagi persiapan UAS beserta praktek-prakteknya yang seakan menjadi bom waktu yang mau tidak mau pasti akan meledak.

3 bulan sebelum UN sungguh amat memberatkan kepala,mental pun berperan disini. Rasa was-was sering muncul,rasa kurang percaya diri pun sering menghampiri,pertanyaan ‘apa kamu bisa lulus UN tahun ini atau tidak?’ sering jadi mimpi buruk.Singkat cerita,UN terlewati dengan bingkai kata-kata ‘gila susah banget soalnya,jauh dari perkiraan dan latihan2 selama ini..ya allah takuut ’ . Menanti hasil UN dengan rasa takut yang amat tinggi sempat membuat strees sendiri. Tanggal 20 mei 2014 menjadi hari yang menegangkan sekalgus hari yang dinanti jutaan siwa/siswi Sekolah Menengah Atas se-Indonesia dan dari sekian juta itu,saya adalah salah satu yang bisa menagis terharu karena mendapatka kado berharga kata LULUS , alhamdulillaah.

Seminggu setelah pengumuman UN,pengumuman yang tak kalah penting sangat dinanti. Ya pengumuman SNMPTN – Jurusan Tekgnologi Pangan Universitas Jendral Soedirman jadi pilihan pertama yang sangat diidamkan. Jurusan Biologi murni Universitas Pendidikan Indonesia menjadi pilihan kedua yang menjadi impian kedua setelah menjadi sarjana ahli pangan. Tubuh lemas seketika melihat hasil pengumuman yang ada,pasti tau kenapa?ya  benar,kata yang diharapkan muncul tak nampak setelah proses input nama dan tanggal lahir dilakukan justru kata ‘Anda Tidak Lolos’ tercatat merah jelas,yang membuat beberapa detik terdiam lemas.

Penyesalan yang berlarut-larut untunglah tak terjadi. ‘Pejuang SBMPTN’ jadi slogan terbaru pada saat itu. Setiap hari jadwal pemantapan SBMPTN dijalani. Disaat yang lain tertidur pulas karena tak ada kegiatan sekolah,saya dan rekan pejuang SBMPTN lain berteman dengan soal-soal serta materi yang terkadang masih asing dalam diri. Lebih dari 2 sumber buku yang jadi pedoman serta ribuan soal jadi cemilan yang tak enak sebenarnya.

Hari H pelaksanaan SBMPTN pun tiba,berlokasi di SMA Negeri 4 Cirebon perjuangan demi kabar gembira di tanggal 16 Juli 2014. Secara pribadi,saya merasa banyak kesulitan mengerjakan soal yang ada,walaupun saya rasa persiapan saya sudah maksimal. Disini lah impian dan realita bertarung,dimana impian masuk PTN dengan jurusan yang idamkan bertarung dengan realita ‘siap kalah’ sebagai hasil terburuk. Tanggal 16 Juli pun tiba,beruntung realita ‘siap kalah’ telah tertanam karenaa....

Bukan rezeki,kata itu yang sering terucap. Terkadang mulut ini tetap tersenyum dalam kesedihan namun hati?hanya diri sendiri dan Tuhan yang tau.
Tekad masuk Perguruan Tinggi pun masih tertanam dalam dalam hati,SMB POLBAN jadi perjuangan selanjutnya. Dengan perjuangan yang ‘mepet’,saya mengambil resiko besar dengan mengambil jurusan IPS ‘Manajemen Keuangan dan Perbankan’ dengan alasan saya tak ingin mengambil jurusan Teknik. Dengan dukungan dari orang tua dan semangat mandiri yang mulai tumbuh,Bandung pun jadi tepat perjuangan selanjutnya. Singkat cerita,dengan perjuangan yang telah saya dilakukan,lapang dada lah hasilnya

Universitas Gunadarma menjadi harapan selanjutnya dan berharap disini lah moment ‘Happy Ending’ terjadi. Diploma Manjamen Keuangan dipilih untuk jalan selama 3tahun kedepan. Anak IPA ko masuk manajemen?haha banyak yang bertanya dan tak kadang menertawakan. Jawabannya,IPA IPS sama aja keleuus,barang kali kemampuan berIPA ria selama 3 tahun kebelakang menjadi satu kelebihan yang bermanfaat dan saya sendiri bertekad mengejar ketertinggalan itu dengan penug semangat. Almet berlogo ‘obor ‘ berwarna abu-abu,sekarang tergantung rapih dilemari sebagai 1 kebanggaan. Yaa bangga menjadi salah satu mahasiswi Universitas yang memiliki akreditas baik. Ini akhir Story of my senior high school ,kita tunggu lanjutan dari jalan Tuhan yang telah ditakdiran. Semangaat kawan-kawan

Tania Harnum Rachmawati