Tahun
2011 ijazah SMP betuliskan nama ‘Tania Harnum Rachmawati’ dengan kata ‘LULUS’
dibawahnya menjadi akhir penantian panjang 3 tahun menempuh pendidikan tingkat
menengah pertama.Sudahkan perjuangan menuntut ilmu selesai sampai disini? jawabnya
TIDAK. Pedidikan menengah atas jadi jalan selanjutnya,ya tentu perjuangan lebih
berat ada di depan mata.
SMA
Negeri 1 Kuningan menjadi pilihan. Kelas
X dimulai,dimana masa transisi terjadi disini. Sifat kekanakan semasa sekolah
pertama diharapkan mulai lebur seiring waktu berjalan. 18 mata pelajaran tiap
minggunya,berganti mananti untuk dipelajari. Di kelas X ini terasa ‘masa transisi’ terjadi,dari
pendidikan pertama yang seakan kita masih disuapi ibu/bapak guru kita,kini
mulai tersisih sedik demi sedikit dengan istilah ‘belajar mandiri’ yang pada
awalnya sangat memberatkan kepala.
Jurusan
IPA dipilih di kelas XI ini. Kenapa IPA?faktor lingkungan pergaulan
teman juga menjadi alasan. Opini ber itu berkembang saat itu bahwa anak IPA
dikatan lebih ‘rajin’ dibanding anak IPS,* opini publik yang sudah berkembang pada masyarakat pada umumnya* dan saya pikir saya bisa mengembangkan
kemampuan saya di jurusan IPA ini. Bukan tanpa kesulitan saya memilih jurusan
IPA ini. Setiap minggunya saya dan rekan2 pejuang IPA lainnya bergelut dengan
Fisika,Kimia,Biologi dan Matematika yang lebih sulit dari matematika jurusan
IPS
Kelas
XII berlanjut tetap ditemani ‘buku-buku berlatar IPA’ menumpuk di meja. Kelas XII bisa jadi ‘masa-masa penantian’
dimana banyak sekali moment penting yang harus dilewati di tahun ini. Fokus
benar-benar terpecah di tahun ini. UN serta seleksi-seleksi Perguruan Tinggi
menunggu untuk dijalani. Bimbel pun dijalani dengan harapan dapat membantu
masa-masa sulit saya tahun ini. Bimbingan belajar Neutron jadi pilihan,dengan
alasan teman dan pertimbangan lainnya. Berangkat pagi pulang sore sudah menjadi hal biasa. Terkadang
orang tua kita yang lebih khawatir dengan kondisi fisik kita namun kita
menganggapnya biasa saja.
Lelah,cape,ngeluh,sakit jadi teman kala itu. Semester
5 terasa amat berat. Di sat sisi kita harus tetap fokus untuk nilai raport
namun di sisi lain kiata pun harus bersiap dengan UAS,US,UN dan seleksi
perguruan tinggi lainnya. Nilai raport semester 5 ini menjadi perbaikan grafik
nilai terakhir yang biasa berpengaruh pada SNMPTN. Nilai raport pun akhirnya
keluar,alhamdulah nilai yang ada tidak jauh dari harapan. Dalam hati ‘ini akhir
perbaikan nilai,rasa menyesal kenapa 4 semester kebelakang tak dilakukan secara
maksimal,perjuangan SNMPTN berakhir sampai disini’.
6 bulan
terasa singkat,tiba-tiba UN didepan mata. Pemantapan di sekolah maupun bimbel
dijadwalkan sangat padat dan melelahkan. Berangkat lebih pagi dan pulang lebih
sore menjadi resiko. Belum lagi persiapan UAS beserta
praktek-prakteknya yang seakan
menjadi bom waktu yang mau tidak mau pasti
akan meledak.
3 bulan
sebelum UN sungguh amat memberatkan kepala,mental pun berperan disini. Rasa
was-was sering muncul,rasa kurang percaya diri pun sering
menghampiri,pertanyaan ‘apa kamu bisa lulus UN tahun ini atau tidak?’ sering
jadi mimpi buruk.Singkat cerita,UN terlewati dengan bingkai kata-kata ‘gila
susah banget soalnya,jauh dari perkiraan dan latihan2 selama ini..ya allah
takuut ’ . Menanti hasil UN dengan rasa takut yang amat tinggi sempat membuat
strees sendiri. Tanggal 20 mei 2014 menjadi hari yang menegangkan sekalgus hari
yang dinanti jutaan siwa/siswi Sekolah Menengah Atas se-Indonesia dan dari
sekian juta itu,saya adalah salah satu yang bisa menagis terharu karena
mendapatka kado berharga kata LULUS , alhamdulillaah.
Seminggu
setelah pengumuman UN,pengumuman yang tak kalah penting sangat dinanti. Ya
pengumuman SNMPTN – Jurusan Tekgnologi Pangan Universitas Jendral Soedirman
jadi pilihan pertama yang sangat diidamkan. Jurusan Biologi murni Universitas
Pendidikan Indonesia menjadi pilihan kedua yang menjadi impian kedua setelah
menjadi sarjana ahli pangan. Tubuh lemas seketika melihat hasil pengumuman yang
ada,pasti tau kenapa?ya benar,kata yang
diharapkan muncul tak nampak setelah proses input nama dan tanggal lahir
dilakukan justru kata ‘Anda Tidak Lolos’ tercatat merah jelas,yang membuat beberapa
detik terdiam lemas.
Penyesalan
yang berlarut-larut untunglah tak terjadi. ‘Pejuang SBMPTN’ jadi slogan terbaru
pada saat itu. Setiap hari jadwal pemantapan SBMPTN dijalani. Disaat yang lain
tertidur pulas karena tak ada kegiatan sekolah,saya dan rekan pejuang SBMPTN
lain berteman dengan soal-soal serta materi yang terkadang masih asing dalam
diri. Lebih dari 2 sumber buku yang jadi pedoman serta ribuan soal jadi cemilan
yang tak enak sebenarnya.
Hari H
pelaksanaan SBMPTN pun tiba,berlokasi di SMA Negeri 4 Cirebon perjuangan demi
kabar gembira di tanggal 16 Juli 2014. Secara pribadi,saya merasa banyak
kesulitan mengerjakan soal yang ada,walaupun saya rasa persiapan saya sudah
maksimal. Disini lah impian dan realita bertarung,dimana impian masuk PTN
dengan jurusan yang idamkan bertarung dengan realita ‘siap kalah’ sebagai hasil
terburuk. Tanggal 16 Juli pun tiba,beruntung realita ‘siap kalah’ telah
tertanam karenaa....
Bukan
rezeki,kata itu yang sering terucap. Terkadang mulut ini tetap tersenyum dalam
kesedihan namun hati?hanya diri sendiri dan Tuhan yang tau.
Tekad
masuk Perguruan Tinggi pun masih tertanam dalam dalam hati,SMB POLBAN jadi
perjuangan selanjutnya. Dengan perjuangan yang ‘mepet’,saya mengambil resiko
besar dengan mengambil jurusan IPS ‘Manajemen Keuangan dan Perbankan’ dengan
alasan saya tak ingin mengambil jurusan Teknik. Dengan dukungan dari orang tua
dan semangat mandiri yang mulai tumbuh,Bandung pun jadi tepat perjuangan
selanjutnya. Singkat cerita,dengan perjuangan yang telah saya dilakukan,lapang
dada lah hasilnya
Universitas
Gunadarma menjadi harapan selanjutnya dan berharap disini lah moment ‘Happy Ending’
terjadi. Diploma Manjamen Keuangan dipilih untuk jalan selama 3tahun kedepan.
Anak IPA ko masuk manajemen?haha banyak yang bertanya dan tak kadang
menertawakan. Jawabannya,IPA IPS sama aja keleuus,barang kali kemampuan berIPA
ria selama 3 tahun kebelakang menjadi satu kelebihan yang bermanfaat dan saya sendiri bertekad mengejar ketertinggalan itu dengan penug semangat. Almet
berlogo ‘obor ‘ berwarna abu-abu,sekarang tergantung rapih dilemari sebagai 1
kebanggaan. Yaa bangga menjadi salah satu mahasiswi Universitas yang memiliki
akreditas baik. Ini akhir Story of my senior high school ,kita tunggu
lanjutan dari jalan Tuhan yang telah ditakdiran. Semangaat kawan-kawan
Tania Harnum Rachmawati