Tak terasa 19 tahun sudah raga ini mengiringi
langkah takdir. Entah berapa lama lagi suratan takdir mengijinkan mata ini
melihat indahnya lukisan kehidupan cipataanNYA, telinga ini dapat mendengar
nada-nada kehidupan ciptaanNYA, hati ini dapat merasakan damainya kehidupan
ciptaanNYA. Hidup sesungguhnya belum dirasakan. Gerbang kehidupan yang
sesungguhnya tanpa disadari terbuka sedikit demi sedikit seiring waktu yang
terus bejalan. Kapan gerbang itu sepenuhnya akan terbuka?hanya catatan takdir
Tuhan lah yang tau jawabnya.
Suka duka silih berganti menjadi kawan. Tawa canda
datang sebagai obat pelipur lara. Air mata tercipta sebagai ekspresi
pengeluaran rasa. Sehat bukan berarti tidak ada luka. Tersenyum bukan berarti
bahagia. Air mata tak selalu kesedihan. Buka hanya lidah yang tak
bertulang,hati pun tak miliki tulang yang membuatnya menjadi seorang penipu.
Namun itulah manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang diberikan Sang
Pencipta.
Entah berapa kata syukur yang telah terucap. Entah
berapa banyak kata terimakasih yang bibir ini katakan. Entah berapa banyak
kebahagian yang telah Tuhan berikan untuk kita. Entah dan entah lah yang dapat
diucapkan sebongkah daging bodoh ini. Bodoh karna masih sering menanyakan
keadilan hidup. Bodoh karna sering mengeluh. Bodoh karna masih sering melupakan
Sang Penciptanya. Ya memang saat ini saya masih bodoh!! Namun satu hal dibalik
kebodahan saya,saya masih menyadari bahwa saya ini bodoh dan tidak berpura-pura
pintar.
Saya sadar bahwa saya hidup untuk satu alasan. Alasan dimana saya diciptakan untuk menjadi bunga
indah ditengah-tengah taman kehidupan. Menjadi air di luasnya gurun pasir. Menjadi bulan dalam
gelapnya malam. Terdengar terlalu angkuh memang,but for this reason that makes me do my best in
every moment of my life.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar